Pemuda Sebagai Agen Perubahan

 Nabi SAW bersabda:

“Tujuh macam manusia yang akan dinaungi Allah Ta›ala dalam naungan-Nya pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu: Imam yang adil; pemuda yang tumbuh berkembang dalam ibadah kepada Allah; seseorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid; dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul karena Allah dan berpisah juga karena-Nya; seseorang yang dirayu dan diajak (berzina) oleh perempuan yang memiliki kedudukan dan kecantikan (tapi menolak) lalu menjawab: ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah’; seseorang yang bersedekah secara diam-diam sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan tangan kanannya; dan seseorang yang mengingat Allah sendirian lalu menetes air matanya (menangis).» (HR Bukhari no. 1423 dan Muslim no. 2427).

Posisi dan peran strategis pemuda

Peran pemuda sebagai agen perubahan (agen of change) sudah tidak diragukan lagi. Pemuda mempunyai peran yang sangat strategis menjadi motor penggerak kemajuan ketika masyarakat melakukan proses pembangunan. Sejak dulu hingga sekarang pemuda adalah ‘imad nahdhatil ummah, pilar kebangkitan umat. Dalam setiap ke­bangkitan, pemuda merupakan sirru quwwatiha, rahasia kekuatannya. Dalam setiap fikrah, pemuda adalah hamilu rayatiha, pengibar panji-panjinya.

Maka, mereka seperti kata ahli hikmah, “Syababul yaum, rijaalul ghad,” mereka pemuda hari ini, namun esok (masa mendatang), mereka adalah tokoh dan pemimpin yang mewarnai kehidupan bangsa dan negara.

Peran dan posisi pemuda yang begitu strategis mendapat perhatian yang cukup besar dalam hadis Nabi SAW. Kata “Syabab, Fatan atau Fityah” yang bermakna pemuda, jumlahnya ratusan dan tersebar di banyak kitab hadis. Kalau kita membatasi pada al-Kutub as-Sittah, enam kitab induk hadis; Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Tirmidzi, Sunan Nasai dan Sunan Ibnu Majah, maka kita menemukan lebih dari seratus kali kata-kata yang bermakna pemudia itu disebut di dalamnya.

Kriteria pemuda yang menjadi agen perubahan

Hadis yang menduduki puncak klasemen hadis shahih (karena muttafaq ‘alaihi, disepakati Imam Bukhari dan Muslim) di atas, menjelaskan bahwa pemuda termasuk satu dari tujuh macam manusia yang akan mendapat naungan khusus dari Allah Ta’ala pada hari kiamat. Tapi, tidak semua pemuda. Melainkan pemuda yang tumbuh berkembang dalam ibadah kepada Allah. Hal itu karena didorong oleh Fikrah Shahihah wa Wadhihah (pemikiran yang benar dan jelas). Sebuah fikrah akan berhasil diwujudkan manakala ditopang oleh empat rukun.

Pertama, kuat rasa keimanan/keyakinan kepadanya. Kedua, ikhlas dalam berjuang di jalannya. Ketiga, semakin semangat dalam merealisasikannya. Keempat, kesiapan untuk beramal dan berkorban dalam mewujudkannya. Namun, keimanan itu hanya akan kuat manakala nurani dan hati seseorang hidup. Hati yang bertakwa melahirkan keikhlasan. Tidak akan ada semangat, jika tidak ada perasaan yang menggelora. Mustahil amal itu muncul tanpa dilandasi oleh kemauan (‘azm) yang kuat .

Dengan kriteria seperti itulah, pemuda dalam menjalankan fungsi dan peran strategisnya sebagai agen of change. Kalau tidak, maka justru ia menjadi korban dan obyek perubahan, tergilas oleh zaman, tanpa bisa berperan.
Petunjuk Nabi SAW dalam membina pemuda

Begitu banyak rambu dan petunjuk Nabi SAW dalam membina pemuda agar dapat melaksanakan peran strategisnya sebagai agen perubahan, diantaranya:

Pertama; pembentukan yang baik (at-Tansyi’ah ash-Shalihah). Sebab, ia merupakan pintu gerbang prilaku istiqamah bagi pemuda. Karena itu, Nabi SAW memerintahkan untuk membiasakan anak-anak muda untuk rajin ibadah, bahkan sebelum usia baligh. Se­bagai­mana beliau memerintahkan untuk memisahkan tidur mereka guna memelihara mereka dari godaan dan gangguan setan. Nabi bersabda,

“Perintahlah anak-anakmu untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun. Pukullah mereka atasnya (yakni keengganannya untuk shalat) ketika mereka berusia sepuluh tahun. Dan pisahkan mereka dalam tempat tidur.” (HR Ahmad dan Abu Daud dengan sanad hasan).

Kedua; memberi perhatian dan Pendekatan ini sering dipraktikkan Rasulullah SAW saat mentarbiyah pemuda. Contohnya banyak sekali, diantaranya Nabi SAW memboncengkan mereka di atas kendaraan (unta), sebagaimana yang beliau lakukan kepada Mu’adz bin Jabal, al-Fadhl bin Abbas, Abdullah bin Abbas, Usamah bin Zaid, dan lain-lain.

Ketiga, memberi motivasi dan menyemangati. Sebab, manusia tidak semangat beramal kecuali karena ingin pahala dan takut siksa. Karena itu, Nabi SAW me­nyemangati para pemuda dari kalangan sahabat agar banyak beramal dengan menyebut keutamaan amal tersebut dan pahalanya. Misalnya, pernyataan belau kepada Abdullah bin Umar RA,

“Sebaik-baik laki-laki adalah Abdullah, kalau saja dia rajin shalat malam.” Maka, sejak itu Abdullah tidak pernah tidur malam hari kecuali sedikit. (Muttafaq ‘Alaih).

Keempat, keteladanan yang baik (al-Qudwah al-Hasanah). Nabi SAW benar-benar menjadi contoh hidup bagi semua kebaikan dan akhlak mulia. Beliau adalah orang yang paling dermawan, pemberani, pemaaf, rendah hati, dan pelbagai sifat dan akhlak mulia lainnya.

Kelima, pendelegasian tugas secara langsung dan pemberdayaan potensi. Nabi SAW memberikan keper­cayaan yang besar kepada para pemuda sahabat karena kapabilitas dan integritas mereka. Sehingga, beliau mendelegasikan banyak tugas dakwah dan jihad kepada mereka, seperti mengangkat Zaid bin Haritsah RA sebagai panglima perang Mu’tah, lalu juga putranya, Usamah bin Zaid RA. Beliau juga mengutus Mush’ab bin Umair RA sebagai ‘Dubes’ di Madinah (waktu itu bernama Yatsrib) untuk mengajarkan agama kepada penduduknya.

Melihat potensi Zaid bin Tsabit RA, maka Nabi SAW menugaskan pemuda ini untuk belajar dan menguasai beberapa bahasa asing. Beliau juga memerintahkan Malik bin al-huwairits RA dan sahabat-sahabatnya untuk mengajarkan agama kepada kaumnya setelah ‘mondok’ dan menimba ilmu langsung dari Nabi selama 20 hari (Lihat: Bukhari no. 631dan Muslim no. 674).

Keenam, memberikan apresiasi dan penghargaan. Apresiasi dan penghargaan dapat memotivasi se­seorang untuk semakin aktif memberi, berkorban dan ber­kontribusi. Inilah yang dilakukan Rasulullah SAW terhadap para sahabatnya, terutama kalangan pemuda. Di antaranya, perintah Nabi SAW untuk mengambil dan studi al-Qur’an kepada empat orang sahabat, dan tiga dari mereka adalah pemuda, yaitu: Abdullah bin Mas’ud RA, Salim Maula Abi Hudzaifah, Mu’ad bin Jabal RA dan Ubay bin Ka’ab RA (HR Bukhari dan Muslim).

Ketika Nabi SAW mendengar bacaan al-Qur’an Salim Maula Abi Hudzaifah RA, Nabi SAW langsung memujinya dengan bersabda,

“Segala puji bagi Allah yang menjadikan orang sepertimu ada di kalangan umatku” (HR Ahmad, Ibnu Majah, dan Hakim)

Ketujuh, teguran langsung kepada permasalahan. Setiap kali melihat suatu kesalahan atau kekurangan yang dilakukan sahabat, Nabi SAW langsung menegurnya dan meluruskannya tanpa menunda, khawatir hal itu menjadi prilaku negatif yang mendarah daging. Teguran beliau pun menyesuaikan dengan situasi dan kondisi pelakunya. Terkadang lembut, namun terkadang tegas dan keras melihat jenis kesalahan dan pelanggarannya.

Misalnya, Nabi SAW menegur keras Abu Dzar karena mengejek seseorang dengan mencela ibunya, wanita Habasyah yang berkulit hitam. Nabi SAW berkata,

“Wahai Abu Dzar, engkau mencelanya dengan me­ngejek ibunya! Sesungguhnya dalam dirimu (masih) ada jahiliyyah.” (HR Bukhari dan Muslim).

Teguran tegas dan keras pernah juga Nabi SAW sampaikan kepada Usamah bin Zaid RA ketika mem­bunuh musuhnya saat menyerang Huraqah dari kabilah Juhainah. Pasalnya, korbannya sempat mengikrarkan syahadat sebelum dibunuh. Nabi SAW memarahinya dengan sabdanya, “Wahai Usamah, apakah (pantas) engkau membunuhnya setelah ia mengatakan Laa Ilaaha Illallahu!” Usamah menjawab, “Wahai Rasulullah, se­sungguhnya ia melakukan itu sebagai perisai (yakni pura-pura agar tidak dibunuh)”. Nabi SAW tetap saja mengulang-ulang sabdanya itu sehingga Usamah merasa sangat menyesal. Kisah ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim

Demikianlah perhatian Nabi SAW terhadap para pemuda dan cara beliau dalam mendidik mereka menjadi agen perubahan. Dan faktanya, mereka bersama dengan Nabi SAW akhirnya berhasil merubah dunia.